Ada yang beda dengan upacara hari Senin di SD Negeri Karang Mekar Mandiri 2 di hari ini. Yang membuat beda adalah amanat pembina upacara yang disampaikan menggunakan Bahasa Sunda.
Beberapa diantara siswa dan siswi terlihat bingung dan bertanya-tanya kenapa pembina upacara yang pada kesempatan ini Bapak Undang sadeli, S.Pd.SD bertindak sebagai pembina upacara menyampaikan amanat pembina upacara menggunakan Bahasa Sunda. Ternyata, pada upacara hari ini SD N. Karang Mekar Mandiri 2 turut memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh pada tanggal 21 Pebruari 2012. Karena kita tinggal di Jawa Barat yang terkenal dengan Tatar Pasundan, maka bahasa ibu yang digunakan di daerah Jawa Barat ini menggunakan Bahasa Sunda.
Dalam amanatnya, pembina upacara membacakan surat dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi, yang mana dalam surat tersebut menyatakan bahwa kita patut bangga memiliki Bahasa Sunda, karena Bahasa Sunda sudah diakui oleh dunia. Jangan sampai siswa dan siswi selaku generasi muda, merasa malu menggunakan Bahasa Sunda dalam pergaulannya. Karena yang terjadi sekarang ini, bahasa-bahasa daerah hampir punah tersingkirkan oleh bahasa gaul. Selain itu anak-anak muda sekarang lebih bangga apabila menguasai bahasa asing, memang tidak salah apabila kita bisa menguasai bahasa asing terlebih bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, namun alangkah lebih baiknya jika kita juga menguasai bahasa daerah kita selain bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia. Karena pepatah mengatakan ”dimana bumi dipijak disitu langit di junjung”. Jadi meskipun kita tidak lahir di Jawa Barat, tapi saat ini kita hidup di Jawa Barat, hendaknya kita pun belajar untuk menganal dan mempelajari budaya Jawa barat yang salah satunya adalah Bahasa Sunda.
Pembina upacara pun menambahkan kalimat ”tong dugi ka jati ka silih ku junti”, yang artinya jangan sampai bahasa-bahasa daerah umumnya dan Bahasa Sunda khususnya punah karena munculnya bahasa-bahasa baru yang dirasa anak muda sekarang lebih keren dan lebih gaul apabila diucapkan dalam pergaulan, padahal jika dipandang dari segi etika, bahasa-bahasa yang digunakan tersebut sangat jauh dari kaidah-kaidah etika berbahasa. Oleh karena itu, mari kita galakan kembali penggunaan Bahasa Sunda sebagai salah satu ciri dari masyarakat Tatar Pasundan. ”Lamun henteu ku urang salaku urang sunda, rek ku saha deui Bahasa sareng Budaya Sunda teh dimumule...” (NS Doc.)